Senin, September 06, 2010

Kapan jatuhnya 1 Syawal 1431 H

Saya bukan pakar astronomi, namun bersyukur bisa berkawan dengan Dr. Khafid sehingga bisa memahami adanya perbedaan dalam penentuan 1 syawal oleh umat islam, bukan hanya masalah hisab dan rukyat tetapi juag politis dan ego centris ternyat berperan..

Kapan jatuhnya 1 syawal 1431 H (2010), silahkan pilih. Hasil diskusi dengan kawan saya Dr. khafid..(beliau anggota Nisbat Depag 2010 ).. Ada yang rabu, kamis, jumat dan ada yang sabtu... silahkan milih...

Jamaah an Nazir (Goa Sulawesi) dengan ciri rambut di cat merah dan pengikut skitar 100 KK memastikan idul fitri hari rabu, 8 september 2010. Dasar perhitungannya rukyat pengamatan pasang surut dan istijma bulan (purnama) lalu dihitung mundur untuk 1 syawalnya. Dalil yang dipakai hanya al quran ayat ali imron 190-191 ayat ulil albab. Secara ilmiah metode mereka benar dan dapat dipertanggung jawabkan, hanya margin errornya kasar bisa beberapa jam hingga hari.

Jamaah jamaah Naqsabandiyah bermarkas di padang memastikan 1 syawal , sabtu 11 september, pengikut tidak diketahui sekitar 100 KK juga. Dasar mirip jamaah an nazir hanya lebih sederhana hanya memundurkan 5 hari dari lebaran sebelumnya jatuh ahri kamis maka lebaran tahun ini jatuh sabtu.

Hizbur thahir memastikan 1 Syawal jatuh hari kamis, 9 September 2010. Dasarnya hisab dan rukyat global, apabila pada tanggal 29 ramadhan ada wilayah yang telah melihat hilal, maka mereka akan ikut.

Depag dan mayoritas umat islam Indonesia hampir pasti 1 Syawal jatuh jumat 10 september. Metode hisab atronomi dan dengan ditunjang rukyat pada sore harinya hanya untuk memastikan tidak ada kelihatan hilal..

Posisi hilal pada 29 ramadhan jam 18.00 (saat matahari terbenam) wilayah indonesia secara umum bulan memang masih di bawah ufuk/horizon sekitar -2 dan secara teori pasti tidak mungkin terlihat. Sehingga bila ada yang mengklaim melihat hilal, pasti ditolak. Namun untuk wilayah africa posisi hilal pada tanggal 29 ramadhan kemungkinan terlihat karena sudah mencapai +2 (secara teori bisa terlihat). Wajar bila Hizbuz thahir mengikuti negara2 africa (nicaragua kemungkinan melihat).

Perhitungan melihat hilal dengan astronomi lebih akurat daripada pengamatan pasang surut, apabila pasang surut kesalahannya besar karena tergantung pada topografi dasar laut (batimetri) sehingga air terkadang pasang maksimum tidak terjadi pada saat purnama, tetapi lebih beberapa jam ada yang hingga 5 jam, sementara ketelitian perhitungan astronomi adalah 0.08 detik....subhanallah.

Saya tidak bisa menyalahkan adanya kelompok islam yang berbeda saat menentukan 1 syawal, karena pendekatan dan dasar perhitungannya juga berbeda. Namun bisa disimpulkan bahwa ajaran mereka hanya cocok untuk kelompok mereka dan tidak bisa berlaku global. Padahal islam adalah rahmatan lil alaman, untuk semesta alam. Pada saat tersedia teknologi untuk bisa menghitung hilal lebih teliti kenapa memakai teknologi lama.

Teknologi bisa menyatukan perbedaan.. hanya kembali lagi kepada pemimpin spiritual yang ada.. apakah melek teknologi...apabila beberapa kelompok kecil islam spt an nazir dan Naqsabandiyah mengikuti teknologi baru kemungkinan pasti lain hasilnya..

mohon maaf bila ada yang tidak berkenan...

27 ramadhan 1431 H

Jumat, September 03, 2010

Program Global Mapping

Salah satu potensi data untuk kegiatan pemetaan dan evaluasi sumberdaya alam adalah pemetaan global atau global mapping. Kegiatan global mapping sudah mulai dilakukan BAKOSURTANAL sejak tahun 2004, dalam hal ini oleh pusat Atlas BAKOSURTANAL. Sebagai bagian dari organisasi dunia bidang pemetaan, keterlibatan BAKOSURTANAL dalam kegiatan global mapping adalah hal wajar dan sangat perlu.
Saat ini anggota global mapping tercatat sudah lebih dari 124 negara dari seluruh dunia. Mereka secara kontinu menyediakan dalam format yang standard data global wilayah mereka. Khusus Indonesia data tersebut disediakan oleh BAKOSURTANAL dalam versi pertama berupa data pada tile grid 15x15 derajat. Tema yang tersedia adalah : elevasi, liputan lahan, vegetasi, landuse, hidrologi, population center, batas administrasi dan transportasi pada skala 1.:1.000.000.

Pentingnya pemetaan global dirasakan sejak konferensi lingkungan hidup PBB tahun 1972, dimana manusia mulai menyadari bahwa masalah lingkungan global harus diselesaikan pada skala global dan lewat kerjasama global. Kementrian Pembangunan Jepang (Ministry of Construction of Japan), sejak tahun 1992 telah memelopori pembentukan sekretariat internasional terkait global mapping yaitu ISCGM (International steering committee for global mapping). BAKOSURTANAL bersama Organisasi-organisasi dan institusi-institusi di seluruh dunia mendukung ide tersebut dan berusaha untuk menyediakan dan berbagi peta global pada skala 1:1.000.000. Data tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan oleh siapapun sebagai informasi mengenai kondisi bumi terkini serta perubahan-perubahan yang sedang atau telah terjadi di dalamnya. Saat ini program pemetaan global telah melibatkan banyak negara yang tertarik dengan konsep global mapping.
Menyadari perlunya global mapping, ISCGM lewat Geographical Survey Institute (GSI), mengajukan spesifikasi peta global. Pada pertemuan ISCGM ke 16 di Bankok di usulkan spek ver. 2.0 menggantikan spek ver 1.4. spesifikasi versi peta global dapat di unduh di sini : Spesifikasi, Laporan GM 2009

MD

Rabu, Februari 24, 2010

Sistem WebGIS untuk Kepresidenan RI Masih Belum Memuaskan

Hasil monitoring oleh kepala UKP4 (unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan)kUntoro Mangkusubroto tanggal 10 Febuari 2010 atas sistem WebGIS untuk ke presidenan di Binagraha yang dikembangkan oleh BAKOSURTANAL dan beberapa Kementrian dan lembaga (K/L) terkait terkesan masih belum memuaskan.

Mesti data yang disajikan sudah cukup lengkap, namun dari segi kemasan masih jauh dari memuaskan, demikian pula dari segi kecepatan akses, kedinamisan data dan kedetilan informasi perlu banyak perbaikan. Sehingga terkesan seperti hanya menampilkan informasi data di tiap K/L dan belum mewakili kemauan presiden atau mewakili program prioritas nasional.

Menurut pendapat Kuntoro, sistem tersebut masih perlu disempurnakan terutama untuk bisa mengadopsi feature seperti yang ada di google, fungsi GIS seperti layering untuk melihat keterkaitan antara data pembangunan antar layer. Secara singkat disampaikan bahwa sistem informasi kedepan untuk evaluasi P1T dan P5T diharapkan mempunyai tampilan seperti google dengan data terbaru dan terdapat kemampuan standard GIS untuk analisis. Data GIS tematik pembangunan disiapkan oleh K/L masing-masing, dengan standard format GIS dan peta dasar dari BAKOSURTANAL.


Menindak lanjuti evaluasi di atas, Senin, 16 Febuari 2009 BAKOSURTANAL diwakili oleh skretaris Utama (Sukendra Martha) , Toto Punto Dewo (plt Deputi IDSN), Bebas Purnawan (kepala Pusat Jaringan) dan M. Arief Syafii (Kepala bidang jaringan dan standard Data) menerima kunjungan Agung Hardjono selaku Deputi III UKP4 bidang teknologi. Tim UKP4 terdiri dari Tomi Mulia Hasan selaku staf khusus kepala UKP-4 dan Yan Adikusuma dari Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) yang di tempatkan di Binagraha. Kunjungan Deputi III berserta rombongan tersebut sebagai tindak lanjut bantuan Bakosurtanal dalam menyiapkan sistem informasi pengawasan pembangunan berbasis spasial.

Menurut pak Agung, peran BAKOSURTANAL sangat vital dalam menyiapkan data GIS untuk UKP4. “Kedepan UKP4 ingin membangun sistem informasi berbasis spasial. Naturenya presiden hanya menerima laporan dari K/L atas program dan janji-janji presiden selama kampanye” tambahnya.
Lemsaneg bertugas mengamankan sistem informasi tersebut hanya untuk keperluan presiden dalam sistem searah.

Laporan dari instansi terkait yang diharapkan di sampaikan ke presiden adalah secara periodik dalam waktu 1 bulan atau maksimal 3 bulan. Laporan tersebut memuat koordinat dari fisik yang dihasilkan. Diakui oleh pak Agung bahwa proses perencanaan data memang tidak ada yang realtime, kecuali untuk bidang keuangan. Sementara program fisik P1T dan P5T output fisiknya tidak realtime.

Sebagaimana diketahui program 100 hari pemerintah baru saja berakhir 1 Februari 2010, hasilnya telah dipresentasikan oleh presiden dalam sidang kabinet di Cipanas (12 Februari 2010). Yang mungkin tidak tereskpose media adalah digunakannya data dan teknologi GIS untuk membantu unit kerja presiden. Dalam sidang kabinet dicipanas ditunjukkan bagaimana sistem Google dan data GIS secara terintegrasi membantu pelaporan program fisik 100 hari. Presentasi oleh kepala UKP4, Kuntoro Mangkusubroto tersebut diapresiasi oleh kementrian dan lembaga yang hadir.

Berawal dari keinginan menggunakan teknologi GIS untuk pengawasan pembangunan, sejak oktober 2009, tim UKP4 telah melakukan pembicaraan dengan BAKOSURTANAL untuk menyusun sistem pengawasan pembangunan berbasis data geospasial. Sejak itu secara intensif BAKOSURTANAL yang diwakili Dr. Mulyanto Darmawan diperbantukan ke UKP4 untuk mengkoordinasikan keinginan tersebut. Sistem tersebut melibatkan pula peran Kementrian dan lembaga (K/L) lain.

Untuk pengawasan program pembangunan satu tahun (P1T) dan program lima tahun (P5T), sistem WebGIS awal yang dikembangkan oleh tim BAKOSURTANAL dan UKP4 (http://geoservice.bakosurtanal.go.id/program100hari) diharapkan lebih disempurnakan dengan memasukkan aspek fisik hasil pembangunan. Beberapa tema fisik program pembangunan sudah dimasukkan dalam sistem GIS, seperti pembangunan jalan, pembangunan pasar, desa bordering, pembangunan air minum berbasis masyarakat (PAMSIMAS), desa ceria dan desa pintar.

Analisis Kebijakan survei dan Pemetaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

BAKOSURTANAL melalui Deputi Survei Dasar Sumberdaya Alam telah menyelesaikan draft awal dokumen analisis kebijakan survei dan pemetaan tematik sumberdaya alam. Dokumen setebal 72 halaman diharapkan menjadi cetak biru kegiatan pusat-pusat di Deputi Survei Dasar Sumberdaya Alam dalam melaksanakan program kegiatan 2010-2014.
Program ini dilaksanakan ini dimaksudkan untuk menyusun dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah 2010- 2014 bidang survei dan pemetaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup BAKOSURTANAL. Lebih lanjut adalah diharapkan dapat memberikan arah dan sekaligus sebagai acuan dalam mewujudkan visi dan misi dan program survei dan pemetaan dasar sumberdaya alam dan lingkungan.

Dokumen ini berisi ulasan tentang kecenderungan perkembangan teknologi survei dan pemetaan serta kondisi yang diharapkan dalam lima tahun kedepan, analisis linkungan startegis, keterkaitan antara program survei dan pemetaan tematik. Dokumen ini merupakan dkumen bottom up dari praktisi survei dan pemetaan tematik dari bidang-bidang yang ada di kedeputian survei dasar sumberdaya alam. Selain itu juga merekap produk survei dan pemetaan sumberdaya alam dan lingkungan sejak tahun 1999 yang terdiri atas dokumen, produk peta, buku dan system aplikasi.

Draft awal ini masih harus disempurkan lagi terutama terkait dengan dengan program prioritas nasional yang berangkat dari visi misi presiden sperti yang tertuang dalam keputusan presiden nomor 5 tahun 2010.

Walau demikian, hasil penting dari dokumen ini telah mencerminkan sutu visoner kedepan akan pemetaan tematik di BAKOSURTANL. Peralihat dan pengumpulan menjadi pemanfatan. Ini tergambar dari visi yang dihasilkan yaitu Assesibilitas, kontinuitas dan Utilitas (AKU) informasi geospasial sumberdaya alam dan lingkungan. Diharapkan setiap kegiatan baik survei, pemetaan dan termasuk penelitian tematik diharapkan bias menjawab akan implementasi AKU.

Global Mapping di Indonesia

Sejak tahun 2005, BAKOSURTANAL mulai aktif dalam kegiatan global mapping, berupa penyiapan data global dan pengiriman tenaga terlatih ke Jepang . Tujuan utama proyek global mapping ini adalah untuk membawa semua bangsa dan organisasi pemetaan dunia, semacam BAKSOURTANAL, untuk bersama-sama untuk mengembangkan dan menyediakan akses yang mudah dan terbuka dalam bentuk digital global geografis pada skala 1:1 juta. Keiuktsertaan BAKOSURTANAL dalam menyiapkan produk global mapping untuk memfasilitasi pelaksanaan kesepakatan global dan konvensi lingkungan, pemantauan fenomena utama lingkungan dan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam konteks pembangunan berkelanjutan termasuk kebencanaan.

Berawal dari Konvensi Lingkungan hidup dan Pembangunan “The Earth Summit PBB” di Rio de Janeiro pada Juni 1992, masalah kesenjangan ketersediaan, kualitas, standardisasi dan aksesibilitas data dan informasi spasial antara bangsa-bangsa menjadi topik bahasan. Delapan bab dari Agenda rencana 21 berkaitan dengan kebutuhan untuk menyediakan informasi geografis. Secara khusus, Bab 40 bertujuan mengurangi kesenjangan dalam ketersediaan, kualitas, standardisasi dan aksesibilitas data antara bangsa-bangsa.

Pada tahun yang sama 1992, konsep Pemetaan Global, dan pembentukan badan internasional yang menangani Pemetaan Global, diusulkan oleh Kementerian Pembangunan Jepang (the Ministry of Construction of Japan;MOC), yang saat ini Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata; (Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism; MLIT). Selanjutnya pada tahun 1994, Lembaga Survei Geografis Jepang (GSI) mengusulkan draft pertama Spesifikasi peta global. Program ini melibatkan partisipasi banyak Negara termasuk Indonesia.

Spesifikasi peta global telah beberapa kali mengalami perubahan dan tahun 2009 telah diadposi spesifikasi pemetaan global versi 2.0.Produk global mapping meliputi produk raster berupa data Landcover, landuse, vegetasi, elevasi, dan produk vector berupa hidrologi, transportasi, populasion center, dan batas administrasi . Pada tahun 2007, BAKOSURTANAL secara resmi telah mengirimkan data vektor untuk tema elevasi yang degeneralisasi dari data kontur peta rupabumi Indonesia (RBI) skala 1:250.000, transportasi, batas administrasi dan hidrologi yang juga diambil dari peta dasar RBI skala 1:250.000.

Untuk Tahun 2010, BAKOSURTANAL akan melakukan validasi data produk pemetaan global untuk tema landcover, vegetasi, landuse menggunakan data MODIS pada beberapa propinsi seperti Kalimantan Timur, Sumatera Utara dan Sulawesi Utara, Jogyakarta dan Jawa barat. Dr. Rahmatullah staf pengajar geografi Universitas Indonesia (UI) dilibatkan untuk memperkuat aspek penggunaan data global untuk studi lingkungan dan kebencaan. Kegiatan global Mapping berada di bawah koordinasi Pusat Atlas BAKOSURTANAL, dan Dr. Ir. Mulyanto Darmawan selaku penanggung jawab kegiatan global mapping tersebut.