Selasa, November 11, 2008

Climate change is What I can not Avoid

Kuala Lumpur, 4 November 2008. Masih sekitar satu jam lagi pesawat MH 723 jurusan Jakarta berangkat. Lumayan ada waktu untuk sedikit menulis beberapa catatan. Selama beberapa hari (2-6 November 2008), saya menghadiri seminar tentang "climate change and its effect to vegetation". Kedatangan saya atas undangan University Malaysia Sabah (UMS), Kinabalu. Sabah. Di UMS memang terdapat beberapa kawan baik saya seperti Dr. Phua Mui How, Prof, Mahmud Sudin, Dr. Jamili, Jupiri Titin, Dr. Rahimatsah Ahmad dan masih banyak lagi. Secara kebetulan kami sering bertemu dalam workshop terkait isu hutan tropis, baik Heart of Borneo, degradasi hutan Borneo, kebakaran hutan baik di Jepang ataupun Malaysia. Seperti seminar kali ini yang membahas isu perubahan iklim (climate change)dan dampaknya terhadap tanaman. Kami mencoba mendiskusikan sekaligus memformulasikan berbagai macam kemungkinan penyusunan kerjasama proyek (joint collaboration) terkait climate change antara Malaysia, Indonesia dan German.

Berbagai topik kami bahas selama, mulai dari aplikasi GIS dan remote sensing untuk pemetaan hutan, ground truth, metode alometrik, illegal loging dan defragmentasi hutan. Semua topik itu tentunya sangat menarik.

Kali ini bukan topik tersebut yang akan saya tulis di sini. Tetapi keterlibatan saya dalam program dan diskusi disana itu cukup menarik. Barangkali dari semua peneliti atau presenter makalah dalam pertemuan tersebut, hanya saya yang bukan dosen atau peneliti di organisasi non pemerintah (NGO). Mesti berlatar belakang pendidikan pada “Global forest environment” dari Tokyo University, namun separuh masa kerja saya lebih banyak untuk melakukan proyek pemetaan ataupun pengelolaan data geospasial alias bukan penelitian. Kondisi itu pula yang menjadi kendala sekaligus tantangan buat saya untuk beradaptasi dengan komunitas yang sudah terlanjur terbentuk. Bayangkan, sejak tahun 2006-2008 bersama professor Kanehiro Kitayama (Kyoto University) dan Dr. John Tay (UMS-Malaysia), kami sama-sama mendapat grant untuk penelitian JSP dengan tema “Land Conversions and Ecosystem Consequences under Climate Change in the Tropical Rain Forests of Borneo: Developing Societal Adaptability with Integrated Ecosystem Management”. Untuk Tahun 2009-2010 bersama dengan Dr. Phua Mui How dan Prof. Tsuyuki Satoshi (Tokyo University) kami sama-sama mengajukan proposal ke Asia Pasific Network (APN) program dengan tema “Integrated prediction of Dipterocarp species distribution in Borneo for supporting sustainable use and conservation policy adaptation”.

Barangkali di BAKOSURTANAL, cukup banyak peneliti yang tertarik untuk bekerja terkait climate change, hanya yang mendapat kesempatan melakukan kegiatan secara langsung sangat sedikit bakan boleh dibilang belum ada. Melihat kondisi itu, kegiatan ini merupakan tantangan buat saya untuk terlibat dalam kegiatan tersebut. Paling tidak mencari suatu hubungan keterkaitan antara data spasial dan climate change.

Seminggu menjelang keberangkatan ke Malaysia ini, kebetulan saya juga diminta menemani kepala BAKOSURTANAL, bapak Matindas, untuk berdiskusi dengan expatriate dari GTZ terkait isu climate change. Saat itu Dr. Nana (selaku tim leader GTZ di Indonesia) sedang mencari masukan kegiatan BAKOSURTANAL terkait climate Change. Jadi sepertinya pas banget..Hanya di akui dana penelitian dari kantor BAKOSURTANAL boleh dikata tidak ada, karena semua sudha di alikan ke bidang Geomatika…. sekian

Tidak ada komentar: