Sabtu, Februari 02, 2008

Buku Baru

Buku baru tentang Peran data Geospasial dan GIS Pasca Tsunami 26 Desember 2004


Alhamdulillah, akhirnya obsesi penulisan buku selama tugas di BRR dapat saya selesai kan setelah melalui berbagai kemudahan dan tantangan. Sebenarnya, saya ingin memberi judul buku ini “Sistem Informasi Geografi (SIG) dan Bencana Tsunami 26 Desember 2004”. Judul ini diinspirasi dari undangan ESRI Internasional Conference di Sandiego Juni 2007 yang bertema “NAD Indonesia: GIS beyond Disaster”. Namun, aktivitas yang saya lakukan di Aceh tidaklah terbatas pada penerapan SIG atau GIS (Geographic Information System). Saya banyak disibukkan oleh kegiatan yang bersifat pengelolaan data geospasial dalam membantu program pemulihan NAD-Nias. Sementara aplikasi SIG dilakukan dalam rangka “memback up” kegiatan organisasi-organisasi non pemerintah /Non Governmental Organization (NGO) yang ada. Oleh karena itu, saya memberi judul buku ini “Data Geospasial di balik Program Pemulihan Aceh-Nias Tsunami: Perspektif Manajemen”.

Sebuah buku perdana tentang geospasial dan tsunami. Sebuah “lesson learn” atau hikmah ajar yang dipetik dari pengalaman saya terlibat dalam aktifitas rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa bumi dan tsunami 26 Desember 2004, khususnya dalam menata infrastruktur data geospasial.

Lebih dalam lagi, buku ini menguraikan bagaimana tantangan yang ada serta bagaimana saya dan teman-teman di Satuan Tugas Geospasial (STG) menjawab masalah tersebut. Buku ini juga memaparkan bentuk program kerja yang besar kemungkinan dapat diterapkan kembali untuk membantu proses pemulihan (recovery) wilayah manapun di Indonesia, yang mengalami kejadian serupa, dengan belajar dari penanganan pasca gempa dan tsunami di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Kepulauan Nias.

Memang sudah banyak buku ditulis tentang peristiwa tsunami, mulai dari puisi-puisi tsunami, kisah korban tsunami, sejarah tsunami maupun kisah-kisah sedih lainnya tentang bencana alam tersebut. Namun, buku yang menulis tentang proses pemulihan wilayah yang rusak akibat gempa dan tsunami terkait informasi aset data pembangunan belum banyak dilakukan. Selain kekurangan data, biasanya bahan-bahan seperti ini hanya menjadi konsumsi kalangan terbatas atau disajikan dalam bentuk paper-paper ilmiah. Padahal, informasi seperti itu perlu disampaikan secara luas agar menjadi tambahan informasi di balik peristiwa gempa dan tsunami. Selama ini, masyarakat umum hanya tahu gambar-gambar foto atau data satelit wilayah terkena tsunami. Padahal, mereka perlu juga tahu bahwa di balik gegap gempitanya proses pemulihan wilayah NAD-Nias terdapat pemanfaatan teknologi geospasial dan peninggalan aset data yang sangat berguna nantinya. Bagaimana status data dan siapa saja yang berperan di balik proses itu belum tercatat dalam referensi dan belum ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh umum.

Tujuan penulisan buku ini sederhana, yaitu berbagi pengalaman atau belajar dari pengalaman dalam mengelola data geospasial untuk mendukung pemulihan wilayah NAD dan Kepulauan Nias. Siapa pun bisa membaca buku ini bila ingin memahami peran data geospasial di balik proses pemulihan NAD-Nias pasca gempa dan tsunami 26 Desember 2004, bentuk pengelolaan dan kebijakan penyediaannya, baik sebagai referensi maupun masukan dalam menyusun kebijakan. Lebih jauh lagi, buku ini mengupas persiapan pembentukan tim pemetaan cepat (rapid mapping team), tantangan dan lingkungan kerja yang kompetetif dan terkadang memancing emosional. Beberapa contoh penggunaan data geospasial dalam bidang perencanaan desa, pembangunan infrastruktur jalan dan energi disampaikan secara sekilas.

Buku ini juga sebagai salah satu cara penghormatan saya terhadap korban gempa dan tsunami 26 Desember 2004, yang mudah-mudahan Allah SWT memberikan tempat yang layak disisi-Nya sesuai dengan amal perbuatan masing-masing. Selain itu, tulisan ini sekaligus sebagai dukungan saya kepada korban tsunami yang masih hidup atas kesabaran dan ketaqwaan mereka dalam menerima musibah dan telah bahu membahu untuk mengembalikan kehidupan ekonomi, sosial dan lingkungan menjadi lebih baik.

Sesuatu yang saya alami sendiri itulah modal utama dalam melahirkan kata demi kata dalam buku ini. Sebagian orang beranggapan bahwa menulis pengalaman jauh lebih ringan ketimbang menulis sesuatu yang bersumber dari hasil kajian atau penelitian.

Buku ini dimulai dengan sistematika penulisan berupa kupasan pengalaman dalam mengelola data geospasial pada masa tanggap darurat, termasuk kesulitan memperoleh data, konflik internal dalam tim hingga buruknya koordinasi pekerjaan (Bab 1). Selanjutnya, masa pemulihan oleh BRR, mulai dari persiapan keberangkatan tim ke Aceh dan kendala yang ada baik teknis, administratif maupun struktural (Bab 2). Aktifitas pemotretan dan pemetaan dasar rupabumi wilayah NAD dan Nias yang terkesan lambat dikupas dalam Bab 3. Aktifitas pemetaan tematik sumber daya alam dan lingkungan serta tematik sektoral yang kurang mendapat perhatian oleh BRR dan Pemerintah Daerah dibahas dalam Bab 4. Sementara servis peta dan support aplikasi GIS ke NGO yang penuh tantangan dan penyusunan database geospasial yang membosankan dan terkesan lambat, masing-masing dibahas dalam Bab 5 dan Bab 6. Sementara pembinaan infrastruktur data geospasial propinsi sebagai bagian dari capacity building di NAD-Nias yang merupakan aktifitas paling akhir dan paling sulit karena banyaknya kepentingan dibahas dalam Bab 7. Terakhir, Bab 8 yang membahas perspektif pengelolaan data geospasial wilayah bencana. Bab-bab tersebut di atas tersusun berdasarkan urutan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan di BRR. Untuk detilnya silahkan baca bukunya...insyaallah segera terbit

1 komentar:

Be Mate mengatakan...

Salam kenal P M Darmawan, wah kayaknya buku yang bagus pak....mohon info jika bukunya dah terbit....kiranya bermanfaat buat kami yang masih harus belajar.Trims.