Selasa, Januari 29, 2008

hikmah dan perbuatan baik

Bila sesama saudara saling konfrontasi

Saya termasuk penentang keras perang amerika terhadap irak…namun ternyata dalam negeri sendiri kita banyak disajikan perselisihan sesama muslim yang mengarah pada tindak kerusuhan dan saling menyakiti layaknya sebuah peperangan. Sebentar lagi menjelang pemilu 2009 kita akan menyaksikan suatu pertempuran yang tak bisa lagi dihindari antar sesama muslim tanpa memandang lagi rasa persaudaraan, rasa keimanan semua hanya demi segelintir kekuasaan. Mesti tak jelas sejelas saat perang amerika dan Irak, saya masih konsisten dengan kebencian terhadap perang, kecaman perlu diarahkan kepada mereka yang menikmati keuntungan politik dari perselisihan. Demikian pula yang terjadi di Pakistan sebagai negara yang penduduknya mayoritas muslim, tetapi konflik kepentingan politik melahirkan saling bunuh antar pemimpinya. Inilah yang terjadi bila perbedaan sesama muslim selalu dimunculkan dan selalu dibesar-besarkan dan mempercayakan penyelesaian kepada pihak luar yang juga cinta perang. Kita lupa bahwa setiap manusia pasti berbeda, coretan ini moga bermanfaat untuk memperkecil pertentang sesama muslim..

Suatu hari imam Malik memasuki masjid Nabawi selepas waktu sholat asar (menjelang margrib). Dia mendekat ke mimbar masjid dan duduk. Rosul telah memerintahkan bahwa setiap orang yang memasuki masjid sebaiknya tidak duduk sebelum melaksanakan sholat sunah dua rakaat (tahiyatul masjid) sebagai penghormatan kepada rumah Allah. Sebaliknya, Imam Malik pun mengetahui bahwa Rosul melarang sholat sesudah sholat asar, sehingga dan ia pun harus mencontohkan hal yang sama kepada murid-muridnya, untuk tidak melakukan sholat tahiyatul masjid bila mereka memasuki masjid antara asar dan magrib.

Namun, sesaat beliau duduk seorang anak muda yang mungkin tak mengenal imam malik, menegor dan memerintahkan sang imam “bangun dan sholat dua rakaat “. Lalu tanpa bereaksi lama sang imam melakukan solat dua rakaat. Semua murid-murid imam Malik yang berkumpul di belakang heran. Apa yang terjadi ? apa imam malik telah berudah pendapat ?.

Setelah selesai melaksanakan sholat, seluruh murid-muridnya mempertanyakan perbuatannya. Imam malik berkata “ fatwa saya tetap tak berubah sebagaimana yang telah saya ajarkan kepada kalian, saya hanya takut bila saya tidak melaksanakan sholat dua rakaat seperti yang diperintahkan anak muda tersebut, niscaya allah memasukkan saya kedalam ayat (kemudian beliau membacakan sebuah ayat alqur’an surah al-mursalat (77):48) “ ..dan apabila diperintahkan kepada mereka “rukulah”, maka mereka tidak mau ruku (sholat) “. Imam Malik melakukan ini karena kesadaran bahwa dia tidak ingin berselisih dengan anak muda karena takut kepada Allah.

Imam Ahmad mempunyai pendapat bahwa makan daging unta membatalkan wudlu. Suatu sikap yang tidak diikuti oleh imam-imam yang lain, kecuali murid-muridnya. Suatu hari seorang muridnya bertanya “ apakah beliau sholat dibelakang seorang yang ternyata makan daging unta sesudah wudlu ?”. Imam Ahmad menjawab “ apakah kau fikir saya menyiakan kesempatan sholat bersama orang macam Imam Malik atau imam Sa’eed ibn al-musayyab” ?.

Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang berbeda-beda. Beda bahasa, warna, budaya hingga beda fisik dan kepintaran serta sifat-sifat individual. Tentang hal ini telah difirmankan Allah dalam surah 30:22 “ dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlainan bahasa dan warna kulitmu. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda bagi orang yang berilmu”.

Manusia secara alami pasti berbeda, sehingga sesuatu yang pasti ini tidak perlu lagi diperdebatkan. Yang perlu diperdebatkan adalah “bagaimana seorang muslim tidak menjadikan perbedaan ini sebagai perseteruan sesama dan bagaimana mencari membentuk hubungan antara kita yang berbeda ini ?.

Problemnya saat ini, kita seperti bingung mencari bentuk hubungan dari perbedaan ini. Berbagai bentuk aturan diluar islam dicoba paksakan untuk menyatukan perbedaan sesama muslim, yang hasil akhirnya malah pererangan yang tak pernah usai antara muslim belum lagi antara sebagian muslim dan non muslim seperti di philiphina. Seharusya muslim bisa saling hidup berdampingan dengan sesama muslim dan non muslim. Padahal alqur’an telah memberi kerangka persaudaraan antara muslim dan hubungan dengan non-muslim seperti tertulis dalam AnNahl (16): 125 “ serulah kepada jalan Allah dengan hikmah dan bijaksana (pekerjaan yang baik) dan bantahlah mereka dengan cara yang baik “. Dua kunci “ hikmah dan perbuatan baik” inilah yang luput dari perhatian sebagian besar muslim saat mendapati realitas adanya perbedaan.

Contoh hikmah, sangat mengesankan diberikan oleh cucu Rosullulah, Hasan dan Husen. Di masa anak-anak, satu hari mereka melihat orang yang lebih dewasa dari mereka melakukan wudlu yang menurut mereka salah. Kemudian kedua cucu rosul tersebut sepakat untuk membenarkan wudlu orang tersebut. Mereka bermaksud memberi pembelajaran kepada orang dewasa tanpa bermaksud menggurui dan mengganggu kesenioran. Mereka mendekati orang tersebut dan berkata “ paman, saya dan saudara saya ini berbeda pendapat tentang siapa yang paling baik wudlunya? Sudikah paman menjadi hakim untuk menentukan siapa yang terbaik diantara kami ?. Kemudian masing-masing cucu rosul tersebut melakukan yang hampir tak ada perbedaan dan sesuai seperti yang diajarkan rosul. Sesaat orang tersebut memperhatikan dan menyadari bahwa ia tak punya pengetahuan tentang wudlu bahkan ia merasa wudlunya masih salah, lalu ia berkata “ demi Allah saya sebenarnya tak tahu cara berwudlu yang benar sebelum ini dan anda berdua telah mengajari saya bagaimana seharusnya berwudlu “…

Tidak ada komentar: