Jumat, April 04, 2008

Peta Tematik Sumberdaya Alam NAD

Program Pemetaan Tematik wilayah Propinsi NAD

Peta adalah gambaran obyek atau suatu area seperti kota, negara ataupun benua yang diproyeksikan ke dalam bidang datar dengan skala tertentu. Istilah skala adalah perbandingan antara gambaran yang ada peta dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan, semakin besar perbandingan skala maka semakin kasar informasi yang disediakan suatu peta, sebaliknya semakin kecil perbandingan skala semakin detil peta tersebut. Misal peta skala 1:10.000 artinya setiap satu ukuran di peta berbanding dengan 10.000 kali di lapangan, peta skala 1:10.000 lebih detil daripada peta dengan skala 1:50.000 atau 1:250.000.

Terdapat beberapa jenis peta yaitu: peta dasar (topografi dan peta batimetri), peta tematik, peta chart (navigasi laut), peta foto (foto udara atau satelit), dan Atlas yaitu kumpulan peta dengan satu atau beberapa tema dalam satu atau beberapa wilayah. BAKOSURTANAL menggunakan istilah rupabumi untuk kata topografi. Rupabumi secara harfiah berarti deskripsi mengenai suatu tempat di muka bumi. Peta rupabumi menyajikan sebagian unsur-unsur buatan manusia (kota, jalan, struktur dan bangunan) serta unsur alam (sungai, danau dan gunung) di atas bidang datar dengan skala dan proyeksi tertentu.

Peta tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk keperluan tertentu, misalkan peta sebaran penduduk atau transportasi. Peta tematik menggunakan peta rupabumi yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk meletakkan informasi tematiknya. Salah satu contoh peta tematik sumberdaya alam wilayah NAD adalah peta penggunaan lahan (land use) hasil interpretasi dari data satelite seperti tersaji dalam Gambar 2.1.

Melengkapi ketersediaan peta tematik sumberdaya alam (SDA) baik darat, laut untuk propinsi NAD maupun kebutuhan peta tematik sektoral menjadi salah satu tugas pemerintah daerah nantinya dalam rangka menarik investor. Sebenarnya cukup sulit juga untuk melengkapi data SDA wilayah NAD, karena ketidaklengkapan data dasar berujung pada keterbatasan data tematik. Sebagai langkah awal, untuk keperluan internal BRR dan beberapa NGO, Satuan Tugas Geospasial BRR-BAKOSURTANAL menyajikan data tematik SDA NAD dari peta tematik RePProT (Regional Planning Program for Transmigration) dalam format WebGIS. Peta RePProT meski tergolong cukup lama yaitu sekitar tahun 1990 merupakan satu-satunya peta SDA terlengkap Indonesia untuk skala 1:250.000. Selain itu, beberapa tema peta geologi dan tematik sektoral dari dinas-dinas terkait di propinsi NAD juga tersedia.

Data SDA yang diturunkan dari Peta RePProT dan peta geologi dimaksudkan untuk merangsang pemerintah daerah melakukan inisiatif ataupun membuat kebijakan penyusunan data dasar sumberdaya alam, meskipun pada akhirnya pelaksana kegiatan tetap diserahkan kepada pihak konsultan swasta. Sebagian data SDA seperti data penutup lahan atau neraca sumberdaya alam, sebenarnya dapat diturunkan dengan bantuan data satelit.

Peta Rawan Bencana Alam wilayah NAD

Salah satu contoh peta tematik yang sangat penting bagi pengembangan usaha dan menjadi pertimbangan para investor adalah peta rawan bencana. Pasca Kejadian gempa bumi dan tsunami di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), banyak daerah mulai menyadari pentingnya peta ini. Ketenangan dan keamanan investasi dari adanya bencana alam menjadi salah pertimbangan penting saaat ini.

Pengertian peta rawan bencana secara umum adalah peta yang memberikan gambaran utuh potensi dan riwayat kebencanaan di suatu daerah. Peta multi-bencana, baik disebabkan oleh faktor geologis, meteorologis, ataupun anthropogenis sangat berguna bagi para pengambil kebijakan (pemerintah, investor), khususnya untuk menimbang manfaat dan resiko dalam aktifitas pembangunan di suatu daerah. Bencana alam yang disebabkan oleh suatu proses alami yang terjadi di dalam permukaan bumi dikategorikan sebagai bencana alam geologis.

Bencana alam karena faktor geologis ini, waktu kejadian tidak dapat diprediksi oleh manusia namun tanda-tanda kemunculannya dapat dikenali, seperti gelombang pasang (tsunami) baik yang disebabkan oleh gempa bumi di laut ataupun oleh letusan gunung api bawah laut (seperti Krakatau, 1883) tidak dapat diprediksi. Namun kapan tsunami akan menghantam daratan dapat diprediksi, meskipun waktu yang tersisa hanya berkisar 20 menit. Demikian pula tanah longsor (landslide), waktu kejadiannya tidak bisa diprediksi namun tanda-tanda tanah yang akan longsor biasanya dikenali. Untuk gempa bumi (earthquake) meskipun kejadiannya tidak dapat diprediksi, namun tanda-tanda atau kerawanan suatu daerah dapat diketahui dari catatan sejarah kejadian, dan aktivfitas gunung api (vulkanik) yang waktu kejadiannya dapat diprediksi.

Selain akibat proses alami yang terjadi di bawah permukaan bumi, bencana alam seringkali pula terjadi akibat proses alami yang terjadi di atas permukaan bumi dan biasa dikategorikan sebagai bencana alam tipe meteorologis. Bencana alam meteorologis, dengan perkembangan ilmu dan teknologi saat ini umumnya dapat diprediksi terlebih apabila ada sistem pemantauan yang intensif dan terpadu, seperti banjir (Flood), kebakaran hutan(forest fire), kekeringan (Drought), badai (Storm) atau disebut juga angin puting beliung yang sering terjadi di beberapa tempat.

Terdapat pula kategori bencana yang terjadi akibat kesalahan atau kelalaian manusia, yang berakibat luas pada lingkungan. Bencana semacam ini termasuk kategori bencana alam tipe Anthropogenis. Untuk bencana alam tipe ini tidak dapat kita ketahui kapan terjadinya, namun dapat diprediksi gejalanya. Yang termasuk bencana anthropogenis misalnya kerusakan industri (contoh kasus pencemaran laut Minamata di Jepang atau ledakan PLTN di Chernobyl, kasus semburan lumpur panas PT Lapindo Brantas di Porong Sidoarjo) atau kecelakaan lalu lintasi.

Adanya perbedaan faktor penyebab bencana tersebut, menjadikan penyusunan peta rawan bencana menjadi lebih mudah dilakukan dan parameter yang mempengaruhinya pun dapat diprediksi lebih akurat. Seperti pemetaan potensi longsor, parameter yang digunakan adalah lereng, curah hujan, geologi, liputan lahan.

Meski demikian penyusunan peta rawan bencana di NAD-Nias cukup kompleks. BRR pernah mencoba menjalin kerjasama dengan, Geological Survey of the Netherlands (TNO) untuk menyiapkan Coastplan Aceh-Nias, suatu konsep pemetaan rawan bencana untuk wilayah coastal. Namun, karena terlalu banyak pihak yang berkepentingan di BRR, pembahasan menjadi bertele-tele dan juga akibat pihak TNO mencoba mengakomodasi semua kepentingan. Akhirnya hingga tulisan ini disusun, rencana tersebut tidak terealisir.

Sebaliknya GTZ (German coorperation Agency-Gesellschaft fuer Technische Zusammenarbeit) telah mencoba membuat peta multihazard secara sederhana. Demikian pula Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), bekerjasaman dengan Departemen PU, dan BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) membuat model beberapa peta rawan bencana untuk seluruh Indonesia seperti peta rawan banjir, peta seismisitas, dan peta multi hazard. Contoh-contoh peta tersebut tersaji dalam Gambar 2.2 dan 2.3 di bawah

Peta Geologi wilayah NAD

Sejalan dengan implementasi otonomi daerah khususnya dalam pelimpahan kewenangan sektor pertambangan dan energi yang menyangkut kegiatan eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber daya alam, maka ketersediaan peta geologi semakin penting bagi suatu daerah.

Peta geologi didefinisikan sebagai Peta yang menggambarkan data dan informasi geologi suatu kawasan dengan tingkat kualitas yang tergantung pada skala peta yang digunakan dan menggambarkan informasi sebaran, jenis dan sifat batuan, umur, stratigrafi, struktur, tektonika, fisiografi dan potensi sumber daya mineral serta energi yang disajikan dalam bentuk gambar dengan warna, simbol dan corak atau gabungan ketiganya. Secara umum dibedakan atas peta geologi sistematik dan peta geologi tematik. Peta geologi sistematik adalah peta yang menyajikan data geologi pada peta dasar topografi atau batimetri dengan nama dan nomor lembar peta yang mengacu pada SK Ketua BAKOSURTANAL No. 019.2.2/1/1975. Sementara peta geologi tematik adalah peta yang menyajikan informasi geologi dan potensi sumber daya mineral dan energi untuk tujuan tertentu.

Informasi geologi penting bagi para investor dalam dan luar negeri. Peta geologi memberi gambaran potensi sumberdaya mineral dan energi suatu wilayah. Peta-peta ini umumnya dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan (P3G), Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) pada skala 1:50.000 dan 1:250.000. Masalah kerahasiaan data dan informasi geologi memang cukup pelik. Namun mengingat dalam era globalisasi saat ini kita tidak dapat lagi menyembunyikan setiap informasi muka bumi. Eras satelit, terutama sejak diluncurkannya satelit sumberdaya alam (Landsat) pada tahun 1972 dan era Google Earth sejak tahun 2000 seolah menelanjangi seluruh lapisan dalam dan permukaan bumi.


Tidak ada komentar: